Abstract:
Kabupaten Ciamis terletak dibagian Tenggara Jawa Barat, dengan batas wilayah disebelah utara berbatasan dengan kabupaten Majalengka dan kabupaten Kuningan, disebelah selatan kabupaten Pangandaran, disebelah timur kota Banjar dan provinsi Jawa Tengah, serta disebelah barat kabupaten Tasikmalaya dan kota Tasikmalaya (Ciamis, 2019). Kabupaten Ciamis terdiri dari 27 kecamatan, 7 kelurahan, dan 258 desa (Ciamis, 2021). Disetiap wilayah kecamatan maupun desa yang ada di kabupaten Ciamis masing-masing memiliki potensi budaya dan tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan. Potensi budaya maupun tradisi yang ada di kabupaten Ciamis, diantaranya Kampung Adat Kuta (kesenian gondang buhun, tradisi nyuguh, babarit, budaya pamali, dan lain-lain), wayang landung, bebegig Sukamantri, debus Panjalu, genjring ronyok, terebang, tradisi ngikis, tradisi merlawu, tradisi misalin dan sebagainya (Sondarika, Ratih, & Suryana, 2017; Ratih, 2019; Hidayatuloh, 2019; Putra & Ismail, 2020; Putri, Lestari, & Apriani, 2021; Berkah, Brata, & Budiman, 2022).
Description:
Potensi budaya dan tradisi dari masyarakat Kampung Adat Kuta, diantaranya tradisi nyuguh, ritual babarit, ritual tilawat, kesenian gondang buhun, hajat bumi, upacara mendirikan dan mendiami rumah baru, kepercayaan pada tabet-tabet (tempat-tempat yang dikeramatkan) seperti leuweung karamat, Gunung Wayang, Gunung Panday Domas, Gunung Barang, Gunung Batu Goong, dan Ciasihan. Selain itu, kepercayaan pada perhitungan dalam penamaan bayi, menentukan pekerjaan, mendirikan rumah, pindah rumah, menentukan arah serta tata letak rumah yang akan dibangun, menentukan hari perkawinan dan khitanan (T, 2013; Soedarmo & Suryana, 2019). Tradisi nyuguh merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Kampung Adat Kuta kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil bumi, serta sebagai upaya melestarikan tradisi, menjaga lingkungan dan melanjutkan pewarisan budaya. Tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 25 Safar setiap tahunnya (Kemdikbud, 2021). Ritual babarit merupakan ritual yang intensitas pelaksanaannya sering dilakukan terutama ketika terjadi sebuah bencana yang diakibatkan oleh alam, seperti ketika ada gempa (lini). Selain itu, ritual ini dilakukan pada kegiatan seperti, persiapan tanam padi atau masyarakat adat Kuta menyebutnya dengan istilah Guar Bumi, proses pembangunan rumah, dan persiapan pernikahan (Noviadi & Hidayat, 2023).