Abstract:
Pengusaha gula kelapa umumnya dilakukan oleh rakyat pedesaan (perajin) yang telah
berjalan turun-temurun dengan peralatan yang sederhana. Oleh karena itu, pengusaha gula kelapa merupakan industri rumah tangga dengan skala usaha yang relatif kecil (Indarwati, 2009). Pendidikan perajin agroindustri gula aren di Kecamatan Benai masih tergolong rendah dimana 90,90% berpendidikan sekolah dasar (SD) (Maharani, dkk 2017). Pendidikan
perajin gula kelapa di Kabupaten Pangandaran juga tergolong rendah dimana 82% perajin
berpendidikan setingkat SD (Yuroh dan Maesaroh, 2018). Rendahnya pendidikan ini akan
berpengaruh terhadap kompetensi perajin dalam melaksanakan usahanya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Efisiensi usaha pada
agroindustri gula kelapa di Kabupaten Pangandaran, (2) Nilai tambah pada usaha
agroindustri gula kelapa di Kabupaten Pangandaran, (3) Profitabilitas pada usaha
agroindustri gula kelapa di Kabupaten Pangandaran, dan (4) Titik impas pada usaha
agroindustri gula kelapa di Kabupaten Pangandaran.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai. Data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Ukuran
sampel sebanyak 100 orang yang berasal dari 10 kecamatan di Kabupaten Pangandaran.
Analisis efisiensi usaha dilaksanakan dengan menggunakan R/C ratio. Nilai tambah
dianalisis dengan menggunakan analisis menurut Hayami. Profitabilitas merupakan rasio
antara keuntungan dari hasil penjualan produk agroindustri yang dinyatakan dalam
persentase. Break even point dianalisis BEP produksi dan harga jual.
Hasil penelitian menunjukkan R/C sebesar 1,13, nilai tambah sebesar Rp 405.000,50,
profitabilitas sebesar 12,93, titik impas volume produksi sebesar 8,36 kg, dan titik impas
harga jual produk sebesar Rp 10.626,35/kg.