dc.date.accessioned |
2019-06-26T03:18:30Z |
|
dc.date.available |
2019-06-26T03:18:30Z |
|
dc.date.issued |
2019-02-01 |
|
dc.identifier.uri |
http://repository.unigal.ac.id:8080/handle/123456789/192 |
|
dc.description |
Pendahuluan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan, kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana alam, kecelakaan, dan lain-lain dengan meningkatkan kesadaran bergotong royong menuju Desa Siaga yang sehat.1
Desa siaga terbentuk atas prakasa petugas kesehatan, koordinator bidan dan dibantu oleh beberapa petugas kesehatan. Petugas kesehatan bisa dari kecamatan, kabupaten, maupun propinsi. Mereka memberikan pelatihan kepada kader yang akan membantu dalam upaya terlaksananya desa siaga..2
Tingkat keberhasilan Desa Siaga Di Tingkat Nasional cenderung belum maksimal. Hasil Survei Kesehatan Nasional (2012), menunjukkan bahwa: (1) Cakupan penolong persalinan oleh petugas kesehatan sebesar 64%, dengan target nasional 90%; (2) Bayi diberi ASI eksklusif 39,5 %, dengan target nasional 80%; (3) Cakupan JPKM 19%, target nasional 80%; (4) Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung sebesar 35% dan ketersediaan air bersih 81 %, target nasional 85 %; (5) Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49%, target nasional 80%; (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 % dengan target nasional 80 % (7) Lantai rumah bukan lantai tanah 35% target nasional 80%; (8) Hanya 36 % penduduk Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; (9) Hanya 18% penduduk yang melakukan aktifitas fisik; (10) Hanya 16 % yang makan buah dan sayur setiap hari.3
Peran serta keluarga khususnya yang terkait dengan upaya kesehatan ibu dan bayi masih belum berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Keluarga dan masyarakat masih belum berdaya untuk mencegah terjadinya 4 (empat) terlalu dalam kehamilan dan persalinan: terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu banyak anak dan terlalu pendek jarak kelahiran, dan 3 (tiga) terlambat: terlambat mengambil keputusan mencari pelayanan kesehatan terampil, terlambat tiba di rumah sakit karena masalah transportasi, dan terlambat dalam tindakan medis.4
Peran keluarga yang kurang aktif dalam pelaksanaan desa siaga dapat menyebabkan langsung kematian ibu seperti perdarahan (30%), eklamsia (25%), partus lama (5%), komplikasi aborsi (8%), dan infeksi (12%). Resiko kematian meningkat bila ibu menderita anemia, kekurangan energi kronik dan penyakit.5
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertisipasi masyarakat dengan adanya advokasi yang merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan dukungan sistem dari pembuat keputusan atau pembuat kebijakan terhadap program kesehatan yang bertujuan untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik sehingga dapat mendukung atau menguntungkan kesehatan.6
Peran serta maupun partisipasi puskesmas setempat dan tokoh masyarakatyang diantaranya adalah masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan Desa Siaga terdiri dari dua kategori, yaitu peran serta secara langsung maupun peran serta secara tidak langung. Peran serta secara langsung meliputi upaya sosialisasi, melaksanakan Dasolin, donor darah, dan notifikasi. Sedangkan peran serta secara tak langsung bisa meliputi. 7
Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk meningkatkan motivasi mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui desa SIAGA Aktif. 8
Mengacu data yang telah disebutkan, walaupun terjadi perbaikan angka kesakitan dari tahun 2009 ke tahun 2010, akan tetapi dalam hal ini digambarkan dengan angka kejadian penyakit saluran nafas, diare masih tinggi dan jauh dari target pemerintah setempat khususnya di Kabupaten Ciamis. Di tambah lagi dengan tingginya angka balita dengan gizi buruk serta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga non medis di Desa Payung Agung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.9
Puskesmas Payung Agung selama tahun 2009, dilaporkan bahwa angka kejadian penyakit saluran nafas atas di Desa Payung Agung adalah tinggi (975 kasus). Sedangkan pada tahun 2010, angka tersebut turun menjadi 652 kasus (15,86%) dari seluruh kasus penyakit saluran nafas atas yang ditangani.5
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara paparan media informasi, lingkungan social, peran tokoh masyarakat dan peran petugas kesehatan terhadap partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga di Desa Payung Agung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Tahun 2017. |
en_US |
dc.description.abstract |
ABSTRAK
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Desa siaga terbentuk atas prakasa petugas kesehatan, koordinator bidan dan dibantu oleh beberapa petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara paparan media informasi, lingkungan social, peran tokoh masyarakat dan peran petugas kesehatan terhadap partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga di Desa Payung Agung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis Tahun 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan desain cross-setional. Sampel yang digunakan sebanyak 80 keluarga sebagai responden. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 20. Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS didapat temuan bahwa variabel partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga di Desa Payung Agung Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh paparan media massa (16,68%), lingkungan sosial (21,64%), peran tokoh masyarakat (20,94%) dan peran tenaga kesehatan (15,55%). Pengaruh langsung partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga di Desa Payung Agung Kabupaten Ciamis sebesar 74,8% dan pengaruh tidak langsung sebesar 1,57%. Total pengaruh langsung dan tidak langsung Partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga di Desa Payung Agung Kabupaten Ciamis adalah sebesar 76,4%. Hasil penelitian ini adalah lingkungan sosial yang baik akan meningkatkan partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga Sebaliknya peran tokoh masyarakat yang kurang baik akan menurunkan partisipasi keluarga dalam pengembangan desa siaga.Saran penelitian yaitu sebaiknya meningkatkan koordinasi dengan stakeholder di desa melalui forum desa dan berupaya membentuk pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang mandiri.
Kata Kunci : Informasi, Lingkungan, Tokoh Masyarakat, Petugas Kesehatan, Partisipasi
ABSTRACT
Village standby is a picture of the people who are aware, willing and able to prevent and overcome various threats to public health. Desa siaga is formed on the prakasa of health workers, midwife coordinator and assisted by some health workers. The purpose of this study is to know the direct and indirect influence and magnitude between the exposure of information media, social environment, the role of community leaders and the role of health officers towards family participation in the development of siaga village in Payung Agung Village, Panumbangan District, Ciamis Regency 2017. Methods used in research this is a quantitative approach that uses cross-sional design. The sample used is 80 families as respondents. The analytical method used is Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 20. The result of hypothesis testing with Structural Equation Model (SEM) with smartPLS method found that family participation variable in the development of siaga village in Payung Agung Village of Ciamis Regency influenced by exposure mass media (16.68%), social environment (21.64%), community leaders (20.94%) and health personnel role (15.55%). The direct influence of family participation in the development of siaga village in Payung Agung Village of Ciamis Regency is 74.8% and indirect influence of 1.57%. Total direct and indirect influence Family participation in the development of siaga village in Payung Agung Village of Ciamis Regency is 76 , 4%. The results of this study are that a good social environment will increase family participation in the development of alert villages. In contrast, the role of poor community leaders will reduce family participation in the development of idle villages.
The research suggestion should be to improve coordination with stakeholders in villages through village forums and attempt to form community empowerment towards an independent community.
Keywords: Information, Environment, Community Leaders, Health Officers, Participation |
en_US |
dc.title |
Pengaruh Paparan Informasi, Lingkungan, Tokoh Masyarakat, dan Tenaga Kesehatan terhadap Partisipasi dalam Desa Siaga |
en_US |
dc.title.alternative |
Pengaruh Paparan Informasi, Lingkungan, Tokoh Masyarakat, dan Tenaga Kesehatan terhadap Partisipasi dalam Desa Siaga |
en_US |
dc.type |
Article |
en_US |