Abstract:
Jarak kelahiran yang pendek berpotensi mengurangi perhatian dan waktu orang tua
terhadap anak pertama, sehingga mempengaruhi perkembangan emosinya. Anak
yang tidak mendapatkan kelekatan emosional sejak dini cenderung mengalami
kesulitan dalam mengelola emosi saat memasuki usia remaja. Hal ini dapat
menimbulkan respons emosi negatif seperti mudah marah, cemas, stres, hingga
depresi. Lingkungan sekolah dan teman sebaya yang tidak mendukung turut
memperburuk kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara jarak kelahiran dengan perkembangan emosi anak pertama usia
remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
deskriptif korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh remaja di SMK Negeri 1
Cipaku yang berjumlah 262 remaja, dengan sampel sebanyak 40 remaja. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah angket emotion regulation questionnaire (ERQ).
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05), yang berarti
hubungan antara variabel signifikan. Nilai R Square sebesar 0,605 menunjukkan
bahwa 60,5% perkembangan emosi dipengaruhi oleh jarak kelahiran. Nilai t hitung
sebesar 7,627 yang lebih besar dari t tabel memperkuat temuan ini. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dan
perkembangan emosi anak pertama usia remaja di SMK Negeri 1 Cipaku. Dengan
demikian maka perlu sebagai orang tua untuk mengatur jarak kelahiran agar
perkembangan emosi anak bisa maksimal.