dc.description.abstract |
Kampung Nusantara Pangandaran merupakan kawasan pendidikan multikultural yang dihuni oleh siswa-siswi dari berbagai suku dan provinsi di Indonesia. Keberagaman latar belakang budaya, suku, dan pengalaman pendidikan siswa menciptakan dinamika tersendiri dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Salah satu tantangan yang muncul adalah perbedaan kemampuan berpikir siswa, termasuk dalam hal berpikir kritis matematis. Berpikir kritis merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi permasalahan kompleks, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kemampuan berpikir kritis tidak dapat berkembang optimal tanpa adanya dorongan dari dalam diri siswa, salah satunya berupa self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari tingkat self-efficacy. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan model analisis Miles dan Huberman. Subjek terdiri dari sembilan siswa kelas XI SMK Bakti Karya yang berasal dari Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Instrumen yang digunakan meliputi angket self-efficacy, soal tes berpikir kritis matematis berbasis konteks, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self-efficacy sedang cenderung mampu memenuhi sebagian besar indikator berpikir kritis, seperti interpretasi, analisis, dan evaluasi. Sebaliknya, siswa dengan self-efficacy rendah umumnya lemah dalam evaluasi dan tidak memenuhi indikator inferensi. Perbedaan latar belakang budaya, suku, dan pengalaman pendidikan siswa turut memengaruhi pola berpikir dan ketekunan belajar siswa. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan strategi pembelajaran matematika yang lebih adaptif terhadap keberagaman dan mendorong penguatan self-efficacy untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. |
en_US |