Abstract:
Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah melahirkan dinamika baru
dalam penggunaan bahasa, terutama di kalangan Generasi Z. Salah satu fenomena
yang mencolok adalah munculnya bahasa gaul sebagai bentuk ekspresi diri,
interaksi sosial, dan identitas kelompok yang sangat lazim digunakan dalam
platform seperti Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik penggunaan bahasa gaul Generasi Z di media sosial Instagram,
khususnya pada akun Picky Picks, serta mengkaji kaitannya dengan kemampuan
berbahasa Indonesia secara formal. Selain itu, penelitian ini juga diarahkan untuk
merancang alternatif pengembangan bahan ajar menulis teks eksposisi yang
kontekstual dan relevan dengan karakteristik generasi muda.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik analisis
konten dan analisis tematik. Data diperoleh melalui dokumentasi caption, komentar,
dan konten pada akun Instagram Picky Picks yang merupakan representasi
penggunaan bahasa gaul oleh Generasi Z. Hasil analisis menunjukkan bahwa
bahasa gaul yang digunakan oleh Generasi Z terbagi ke dalam beberapa kategori,
yaitu singkatan, akronim, penggalan, dan kontraksi. Masing-masing bentuk bahasa
gaul ini memiliki karakteristik linguistik yang menyimpang dari kaidah bahasa
Indonesia formal, namun digunakan secara luas dalam komunikasi sehari-hari yang
bersifat santai dan nonformal.
Ditemukan bahwa intensitas penggunaan bahasa gaul yang tinggi berpotensi
menurunkan sensitivitas siswa terhadap struktur dan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar, terutama dalam konteks akademik seperti penulisan teks eksposisi.
Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah alternatif bahan ajar menulis teks
eksposisi yang memanfaatkan fenomena bahasa gaul sebagai media pembelajaran
kontekstual. Bahan ajar tersebut dirancang berdasarkan prinsip keberadaan isi,
penyajian materi, dan keterbacaan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik,
sebagaimana yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka.
Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa gaul tidak selalu menjadi
ancaman bagi kemampuan berbahasa formal, melainkan dapat dijadikan sebagai
pintu masuk untuk memperkenalkan dan memperkuat kompetensi kebahasaan
siswa dalam konteks pendidikan formal. Dengan pendekatan pembelajaran yang
kontekstual, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman, guru dapat
menjadikan fenomena bahasa gaul sebagai sarana edukatif yang mendukung
penguatan literasi kebahasaan di kalangan peserta didik.