Abstract:
Latar Belakang : Stunting merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasisar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukan prevalensi stunting pada
anak di bawah lima tahun (balita) sebesar 30,8% dan menurun menjadi 27,67% pada tahun
2019 (Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), 2019), selanjutnya menjadi 24,4 % pada tahun 2021
(SSGI, 2021).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kejadian stunting
pada Ibu dengan anak balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Baregbeg Kabupaten Ciamis
Tahun 2024.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita stunting dengan
jumlah responden sebayak 36 balita di wilayah kerja Puskesmas Baregbeg dengan
menggunakan kuesioner.
Hasil : Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar balita stunting mempunyai riwayat
pemberian ASI Eksklusif sebanyak (80,56%), tingkat pendidikan ibu menengah sebanyak
(55,56%), pendapatan orang tua kurang sebanyak (86,11%), tidak mempunyai riwayat berat
bayi lahir rendah sebanyak (86,11%), tidak mempunyai riwayat penyakit infeksi diare
sebanyak (86,11%), mempunyai pola pemberian makan tidak baik sebanyak (77,78%), pola
pemberian menu makan tidak bervariasi sebanyak (88,88%), riwayat kehamilan matur
sebanyak (94,45%) dan riwayat persalinan normal sebanyak (86,12%).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan Ibu, pendapatan orang tua,
pola pemberian makan dan pola pemberian menu makan, menjadi faktor risiko kejadian
stunting pada balita. Sedangkan untuk riwayat pemberian ASI, riwayat berat bayi lahir rendah,
riwayat penyakit infeksi diare, riwayat kehamilan ibu dan riwayat persalinan tidak menunjukan
faktor risiko kejadian stunting pada balita secara signifikan.