Abstract:
Fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Pelaku kekerasan ini senantiasi mencari pembenaran dalam ajaran-ajaran agama tertentu. Salah satu gerakan keagamaan yang cenderung menggunakan kekerasan untuk memaksa orang lain mengikuti pandangannya adala sebuah gerakan yang dikenal dengan istilah fundamentalisme agama. Sikap seseorang, sekelompok orang atau institusi terhadap suatu objek tergantung cara pandang terhadap objek tersebut. Cara pandang yang berbeda terhadap fundamentalisme agama juga akan menghasilkan sikap yang berbeda pula. Maka dari itu, penelitian ini berusaha untuk memposisikan fundamentalisme agama sesuai dengan empat dimensi (ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan) cara pandang terhadapnya. Setelah empat dimensi ini ditemukan dan dipahami dengan baik, maka dasar rumusan kebijakan berkaitan dengan gerakan keagamaan ini akan diketahui, sehingga kebijakan yang diambil berdasar hal ini akan lebih bermanfaat dan bermartabat. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Data primer penelitian ini adalah buku-buku, teks dan ajaran-ajaran yang menjadi dasar atau pedoman dalam gerakan keagamaan serta hasil wawancara dengan tokoh-tokoh organisasi keagamaan di kota Yogyakarta. Sedangkan data sekundernya adalah buku-buku mengenai fundamentalisme agama. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan simpulan bahwa dimensi hambatan dalam fundamentalis agama, adalah kaum fundamentalis yang menganggap bahwa kebenaran sesungguhnya ada dalam teks-teks kitab suci apa adanya dan menolak klaim-klaim ilmu modern dalam bidang biologi dan fisika. Dimensi tantangan dalam fundamentalis agama, adalah gerakan fundamentalisme agama yang merupakan sebuah perlawan terhadap sisi gelap dari globalisasi, modernisasi, dan Westernisasi.