Abstract:
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, banyak bermunculan perusahaan startup
berbasis teknologi guna memudahkan aksesibilitas penyandang difabel di kota. Pembangunan kota yang
seharusnya memenuhi kebutuhan seluruh rakyat haruslah tercapai melalui kerja-kerja kolektif yang
dirancang dengan adil dengan mengikutsertakan seluruh elemen yang ada didalamnya. Penelitian ini
dilakukan di Kota Surakarta, Jawa Tengah dengan metode kualitatif dan metode observasi. Kota
Surakarta menjadi basis lokasi penelitian karena memiliki jumlah difabel terbanyak di indonesia dan
dinobatkan sebagai pusat rehabilitasi difabel di Indonesia. Namun pada kenyataannya hak masyarakat
penyandang difabel akan aksesibilitas masih belum terlaksana secara penuh. Sehingga perlunya strategi
dengan memanfaatkan teknologi yang ada, platform Be Able yang dirancang untuk menjembatani
masyarakat penyandang difabel dengan masyarakat umum dalam hal pemenuhan hak masyarakat
penyandang difabel. Hasil penelitian menunjukkan belum tercapainya kota ramah difabel atau kota
inklusi di Surakarta, dengan minimnya peran serta belum adanya aksesibilitas fisik maupun non-fisik
yang sudah memadai kebutuhan penyandang difabel.
