Abstract:
ELIS NURUL KOMARIAH. 2025. PEMBINAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI OLEH BALAI PENYULUH PERTANIAN DI DESA KARANGAMPEL KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS.
Penelitan ini dilatar belakangi oleh hasil observasi awal diketahui bahwa Pembinaan Gabungan Kelompok Tani Oleh Balai Penyuluhan Pertanian di Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis masih belum dilaksanakan dengan optimal. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana Pembinaan Gabungan Kelompok Tani Oleh Balai Penyuluhan Pertanian di Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Data yang bersumber dari data primer yaitu dari pihak Balai Penyuluhan Pertanian, Kepala Desa, Ketua Gapoktan, Sekretaris Gapoktan, dan Kelompok Tani informan sebanyak 7 orang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel yang berkaitan langsung dengan topik penelitian.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pembinaan Gabungan Kelompok Tani Oleh Balai Penyuluhan Pertanian di Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis belum berjalan dengan optimal. Hal ini disebabkan belum optimalnya pelaksanaan 6 dimensi pembinaan organisasi seperti yang dikemukakan oleh Miftah Thoha (2018:209-211) yaitu berencana dan berjangka panjang, organisasi secara keseluruhan, dikelola, efektitivitas dan kesehatan organisasi, intervensi yang berencana, dan pengetahuan ilmu perilaku. Dalam dimensi berencana dan berjangka panjang, masih kurangnya partisipasi aktif dari seluruh anggota kelompok tani dalam proses perencanaan, dengan tidak adanya rapat/diskusi rutin. Kemudian pada dimensi organisasi secara keseluruhan, belum adanya tugas dan fungsi yang dilaksanakan secara menyeluruh. Sedangkan dalam dimensi dikelola Gapoktan belum menjalin kemitraan dengan pihak lain, dan belum adanya inovasi dari Balai Penyuluhan Pertanian melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terkait program pembinaan. Kemudian dalam dimensi efektivitas dan kesehatan organisasi, belum optimalnya pembinaan perilaku dalam berkerja secara tim. Sedangkan dimensi intervensi belum optimalnya indikator monitoring terhadap program pembinaan yang telah dilakukan. Kemudian pada dimensi pengetahuan ilmu perilaku belum optimalnya perhatian dari penyuluh memahami setiap kebutuhan pengurus Gapoktan, dan belum optimalnya pemberian motivasi dari kepada untuk terus mengembangkan potensi pertaniannya
