Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya Peran Pemerintah Desa Dalam Pelestarian Budaya Yang Ada Di Desa Bagolo Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah data primer dan skunder. Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara. Data skunder penelitian ini adalah dokumen-dokumen penting yang relevan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Desa Bagolo dalam pelestarian budaya belum berjalan optimal, terlihat dari lima dimensi. 1). Pada dimensi stabilisator, belum optimalnya perencanaan pelestarian budaya serta minimnya keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan. 2). Pada dimensi inovator, rendahnya inovasi berbasis teknologi dan terbatasnya sumber daya untuk mengembangkan metode pelestarian yang kreatif. 3). Pada dimensi modernisator, kurangnya pemanfaatan teknologi modern untuk promosi dan dokumentasi budaya agar dapat menarik minat generasi muda. 4). Pada dimensi pelopor, minimnya program penggerakan masyarakat dan kelompok seni yang konsisten untuk melestarikan budaya. 5). Pada dimensi pelaksana, keterbatasan anggaran, sarana dan prasarana, serta kurangnya akses permodalan bagi pelaku seni.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian budaya di Desa Bagolo memerlukan penguatan kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat, optimalisasi pemanfaatan teknologi, dukungan pendanaan yang memadai, serta strategi pelestarian yang terencana dan berkelanjutan agar budaya lokal tetap lestari di tengah arus modernisasi. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa peran pemerintah desa dalam pelestarian budaya di Desa Bagolo masih belum optimal karena terbatasnya perencanaan, inovasi, pemanfaatan teknologi, serta dukungan anggaran. Meskipun demikian, adanya potensi kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pelaku seni memberikan peluang besar untuk mewujudkan strategi pelestarian yang lebih efektif, berkelanjutan, dan mampu menjaga eksistensi budaya lokal di tengah arus modernisasi.