Abstract:
Dinding merupakan elemen krusial dalam proyek konstruksi, berfungsi sebagai
penopang atap, partisi antar ruangan, serta penahan cuaca. Material konvensional
yang umum digunakan adalah bata merah, yang terbuat dari tanah liat yang
dicetak dan dibakar, dengan dimensi standar 20 cm x 11 cm x 5 cm. Bata merah
dianggap kokoh dan mudah diakses, namun memiliki bobot mencapai 250 kg/m²,
yang dapat meningkatkan beban struktur bangunan serta biaya material karena
penggunaan perekat yang lebih banyak.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan penyebaran kuesioner untuk
mengumpulkan data dari pengguna, pekerja, dan toko material sebagai acuan
untuk analisis. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis: pertama, data primer
yang diperoleh langsung melalui survei lapangan, termasuk wawancara dan
kuesioner; kedua, data sekunder yang diperoleh dari sumber lain, seperti AHSP
DPUTR di wilayah studi kasus Kota Banjar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa bata ringan, yang terbuat dari campuran
semen, kapur, dan bahan pengembang, menawarkan keunggulan dalam hal
kekuatan dan peluang pasar. Bata ringan memiliki dimensi 20 cm x 60 cm x 8-10
cm dan bobot hanya 57,5 kg/m², menjadikannya 4,34 kali lebih ringan
dibandingkan bata merah. Meskipun bata ringan lebih efisien, harga per satuan di
Kota Banjar masih lebih tinggi, dengan biaya Rp 125.000,00/m² dibandingkan Rp
117.062,55/m² untuk bata merah. Penelitian ini memberikan wawasan penting
bagi masyarakat dalam memilih material penyusun dinding, dengan
mempertimbangkan kebutuhan spesifik dan konteks pembangunan yang ada.