dc.description.abstract |
Teori Konflik pada dasarnya berkembang sebagai reaksi terhadap teori fungsionalisme struktural dan akibat berbagai kritik. Teori konflik ini sebenarnya berasal dari berbagai sumber seperti teori Marxian (konflik kelas sosial) dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar struktural fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya. Para ahli teori konflik ini berorientasi ke dalam studi struktur dan institusi sosial. Sedikit sekali pemikiran teori ini yang berlawanan secara langsung dengan pendirian fungsionalis. Artikel ilmiah ini menggunakan pendekatan teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendorf. Teori konflik dan teori fungsional disejajarkan. Menurut para fungsionalis, masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Menurut Dahrendorf sendiri, dan teoritisi konflik lainnya, setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi fungsionalis menekankan keteraturan masyarakat, sedangkan teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Artikel ilmiah ini mencoba menerapkan salah satu teori konflik yang dikemukakan oleh Dahendrof pada permasalahan awal gejolak politik yang terjadi di Hindia Belanda. Gejolak politik tersebut adalah upaya untuk melakukan sebuah perubahan yang dilakukan oleh para intelektual awal di Indonesia kepada pemerintahan kolonial di Hindia Belanda dengan menggunakan beberapa media, salah satunya adalah surat kabar. |
en_US |